Yogyakarta, 7 Maret 2016
Halo, sahabat paling setia dan tulus yang pernah kukenal.
Sudah lama sekali yaa! Rasanya sudah berabad-abad kita tidak bersua
dalam kata. Kamu memang sepayah-payahnya sahabat, tega membuatku berprasangka
buruk tentangmu. Sempat terbesit di benakku bahwa kamu sudah melupakanku, tentu
tidak kan? Aku sangat yakin kita adalah sahabat sejati sejak lahir, tak
bisa dipisahkan dan bersifat abadi.
Kamu ingat kan, terakhir kali kamu bercerita padaku tentang
ingar-bingar dunia perkuliahan yang membuatmu sedikit kesulitan untuk
beradaptasi. Bertemu orang-orang baru yang tak terduga, mengikuti segala
kegiatan yang kamu sukai lalu kelimpungan membagi waktu, selalu kesiangan dan
tidak pernah berhasil membaca materi kuis sampai tuntas, serta sedikit cerita
cinta yang kadang terselip di sela kesibukanmu. Sahabatku, kali ini cerita
seperti apa yang sudah kamu siapkan? Cerita yang barangkali hanya bisa dibagi
denganku? Jangan sungkan, jika bukan denganku kepada siapa lagi kamu akan
berterus terang?
Sejujurnya, aku mengirim surat duluan karena penasaran dengan keadaanmu
saat ini. Kita berjarak ribuan kilometer tapi kabar yang dibawa angin bisa-bisanya
sampai di telingaku. Katakan, apakah hal itu benar? Aku tidak akan menghakimi
atau menyudutkanmu. Sebagai sahabat yang baik tentu saja aku harus melihat dari
segala sisi terlebih dahulu, menimbang-nimbang semua yang bisa ditimbang lantas
menyusun kata-kata yang pantas untuk diungkapkan. Ah, jika memang kamu yang
nakal tentu saja aku akan mengatakannya, tanpa ragu. Jangan harap aku akan
mendukungmu melakukan tindak kriminal, wek! Hehehe
Hmm, bagaimana jika kuberi beberapa saran? Sebagai orang yang mempunyai
empati tinggi (aku barusan tes kepribadian dan hasilnya menunjukkan itu, tentu
saja aku percaya pada hal-hal baik hehe), aku bisa merasakan persis yang kamu
rasakan ketika menghadapi hal tersebut. Dulu kamu pernah bilang ingin menjadi
dewasa kan? Ingin berhenti menjadi bocah lugu yang tidak tahu apa-apa. Nah, menurutku
inilah saat yang tepat, kamu harusnya berterimakasih pada Tuhan karena telah
memberi momentum yang ciamik. Memang rasanya berat, di usia yang semakin
bertambah, kamu dituntut untuk matang, menjadi bijak dan merelakan
kesenangan-kesenangan bocah yang begitu surgawi. Kamu tidak boleh lari dari
takdirmu sendiri! Kamu harus berani! Menjadi dewasa yang dibutuhkan hanya
keberanian! Keberanian untuk menghadapi apapun dengan segala resikonya! Kalau
kamu takut, kamu tidak akan kemana-mana, tidak akan menjadi siapa-siapa,
selamanya. Mau kamu hidup begitu? Makanya, ketakutanmu akan rasa sakit, sedih,
tidak diterima, tidak beruntung, kecewa, dikecewakan, dikhianati atau gemar menyangsikan
keadilan Tuhan, memang harus segera dihilangkan. Kamu harus mulai membiasakan diri
untuk berpikir secara rasional (karena kamu sudah melewati masa pubertas). Yah,
sejauh ini kamu percaya kata-kataku kan? Aku sudah susah-susah memikirkannya
lho.
Dan lagi, kamu tidak perlu ambil pusing mengenai peruntunganmu dalam dunia
percintaan. Aku serius lho ini! Dengar ya, menurutku yang paling kamu butuhkan
saat ini adalah orang-orang baik yang mempunyai satu tujuan, untuk terus
berkembang. Lebih baik kamu habiskan buku-buku kakakmu atau film-film yang belum
sempat kamu tonton dari dulu, daripada rajin berkhayal setiap hari tentang; mungkin
saja hari ini adalah hari dimana aku akan bertemu dengan pangeran pujaan hati (sudah
kubilang, jangan percaya dongeng apalagi dongeng tentang pangeran berkuda
putih).
Sudah ah, kira-kira begitu. Sudah aku sampaikan semuanya, jangan lupa
dibalas! Dan jangan lupa bersyukur kamu mempunyai sahabat sepertiku :p
Dari
sahabatmu,
Aku